oleh : Imam Ibnu Katsir rahimahullah
Imam Ibnu Katsir rahimahullah menuturkan di dalam tafsirnya :
وقال قتادة في قوله : ( ألا لله الدين الخالص ) شهادة أن لا إله إلا الله . ثم أخبر تعالى عن عباد الأصنام من المشركين أنهم يقولون : ( ما نعبدهم إلا ليقربونا إلى الله زلفى ) أي : إنما يحملهم على عبادتهم لهم أنهم عمدوا إلى أصنام اتخذوها على صور الملائكة المقربين في زعمهم ، فعبدوا تلك الصور تنزيلا لذلك منزلة عبادتهم الملائكة ; ليشفعوا لهم عند الله في نصرهم ورزقهم ، وما ينوبهم من أمر الدنيا ، فأما المعاد فكانوا جاحدين له كافرين به .
Qatadah mengatakan mengenai maksud dari firman Allah (yang artinya), “Ingatlah, milik Allah semata agama (amal) yang murni.” (az-Zumar : 3). Bahwa maksud dari ‘agama yang murni’ itu adalah ‘syahadat laa ilaha illallah’. Kemudian Allah memberitakan tentang keadaan para penyembah berhala dari kalangan kaum musyrik.
Dimana mereka mengatakan, “Tidaklah kami beribadah kepada mereka -sesembahan selain Allah- kecuali supaya mereka mendekatkan diri kami kepada Allah sedekat-dekatnya.” Artinya alasan yang mendorong mereka untuk beribadah kepada sesembahan-sesembahan itu dengan membuat berhala berupa gambar-gambar malaikat yang mereka anggap hal itu bisa mendekatkan dirinya kepada Allah.
Maka mereka pun menyembah gambar-gambar itu sebagai perwujudan/simbol peribadatan kepada malaikat dengan tujuan supaya para malaikat itu memberikan syafa’at bagi mereka di sisi Allah dalam bentuk memberikan pertolongan/kemenangan, rezeki atau apa saja yang mereka butuhkan dalam urusan dunia. Adapun tentang hari kiamat memang mereka adalah orang-orang yang menentang dan ingkar terhadapnya.
قال قتادة ، والسدي ، ومالك عن زيد بن أسلم ، وابن زيد : ( إلا ليقربونا إلى الله زلفى ) أي : ليشفعوا لنا ، ويقربونا عنده منزلة .
ولهذا كانوا يقولون في تلبيتهم إذا حجوا في جاهليتهم : ” لبيك لا شريك لك ، إلا شريكا هو لك ، تملكه وما ملك “ . وهذه الشبهة هي التي اعتمدها المشركون في قديم الدهر وحديثه ، وجاءتهم الرسل صلوات الله وسلامه عليهم أجمعين ، بردها والنهي عنها ، والدعوة إلى إفراد العبادة لله وحده لا شريك له ، وأن هذا شيء اخترعه المشركون من عند أنفسهم ، لم يأذن الله فيه ولا رضي به ، بل أبغضه ونهى عنه : ( ولقد بعثنا في كل أمة رسولا أن اعبدوا الله واجتنبوا الطاغوت ) [ النحل : 36 ] ( وما أرسلنا من قبلك من رسول إلا نوحي إليه أنه لا إله إلا أنا فاعبدون ) [ الأنبياء : 25 ]
Qatadah, as-Suddi, dan Malik meriwayatkan dari Zaid bin Aslam dan Ibnu Zaid menafsirkan makna ayat (yang artinya), “Melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah sedekat-dekatnya.” artinya : Supaya mereka -sesembahan selain Allah- memberikan syafa’at bagi kami dan mendekatkan kedudukan diri kami di sisi-Nya.
Oleh sebab itulah mereka mengatakan di dalam talbiyahnya ketika mereka beribadah haji di masa jahiliyah ‘Labbaika laa syariika lak illa syariikan huwa lak, tamlikuhu wa maa malak’ -artinya ‘Kami penuhi seruan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu kecuali sekutu yang Engkau kuasai; Engkau menguasainya dan dia tidak berkuasa’-. Syubhat inilah yang dijadikan sandaran oleh kaum musyrik di masa silam dan masa kini.
Maka datanglah kepada mereka para rasul -semoga salawat dan salam tercurah kepada mereka semua- untuk membantah hal itu dan melarang mereka dari perbuatan itu. Mereka mengajak umat untuk beribadah kepada Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya, dan mereka tegaskan bahwasanya alasan dan perilaku ini adalah perkara yang diada-adakan oleh orang-orang musyrik dari buah pikiran mereka sendiri. Allah tidak mengizinkan hal itu dan tidak meridhainya. Bahkan Alah membenci dan melarangnya.
Allah berfirman (yang artinya), “Sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang menyerukan : Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.” (an-Nahl : 36)
Allah berfirman (yang artinya), “Tidaklah Kami mengutus seorang rasul pun sebelum kamu -Muhammad- melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada sesembahan yang benar selain Aku maka sembahlah Aku [saja].” (al-Anbiyaa’ : 25)